Kita
sering mendengar orang bicara bahwa sabar ada batasnya. Kalau seandainya saja
kita lebih cermat dan lebih cerdas dalam memaknainya maka akan terucap di dalam
benak kita bahwa sabar itu unlimited alias
tidak terbatas. Mengapa demikian? Berikut akan dijelaskan secara ringkas.
Ada
seorang tetangga gw, satu keluarga si sebenernya. Bisa dibilang kalau kata alm
K.H. Zainudin MZ berada di bawah garis kemiskinan. Sejak kecil gw tau keluarga
itu, yang gw tau bapak mempunyai 4 orang anak 2 perempuan dan 2 laki-laki. Anak
pertama perempuan sudah meninggal, gw ga tau apa penyebabnya karena saat itu gw
belom lahir. Anak kedua laki-laki, sudah meninggal juga, nah yang ini meninggal
karena kecelakaan. Waktu itu walaupun gw masih kecil tapi gw tau lah. Anak
ketiga laki-laki, waktu kecil gw sering maen bareng dia, walaupun dia lebih tua
dari gw, tapi maennya ya sama gw dan temen-temen gw juga. Alhamdulillah yang
ini udeh kawin, sekarang tinggal di kota lain. Anak yang keempat perempuan, anak
yang ini kira-kira setahun lebih muda dari gw. Dia adalah anak yang mempunyai
keterbelakangan mental. Mereka tinggal disebuah rumah yang sangat sempit tidak
lebih dari 4 x 4 m mungkin. Mereka tinggal di daerah kumuh, yah memang daerah
gw bisa dibilang kumuh.
Ibu
dari keluarga ini adalah seorang ibu yang ulet dan bisa dikatakan tegar. Dia
mampu bertahan dengan keadaan ini bertahun-tahun sampai akhirnya dia tak kuasa
lagi, lalu mulai digeroti penyakit yaitu strook. Tubuhnya tidak bisa digerakan
dengan sempurnya, bahkan dia makan dan maaf buang air di tempat tidurnya
sendiri. Lalu siapa yang mengurusnya? Adalah sang kepala keluarga. Gw secara
pribadi salut dengan bapak ini. Dengan keadaan yang demikian dia masih bisa
tersenyum. Dan yang paling keren dia tetap berusaha untuk tawakal. Dengan kerja
serabutan dia mencari nafkah untuk keluarganya, walau dengan segala
keterbatasannya dia mampu menghidupi keluarga ini. Alhamdulillah sang ibu sudah
mulai membaik, namun bicaranya masih agak sulit didengar, mungkin karena masih
ada saraf-saraf yang tidak sepenuhnya membaik.
Dengan
semua keterbatasannya, keluarga ini tetap bertahan sampai sekarang. Kalau
dipikir dengan akal sehat orang yang memiliki cobaan hidup seperti ini mungkin
akan tumbang. Tetapi dia tidak, dia tidak mengeluh. Walaupun kadang gw liat dia
termenung sendiri, entah memikirkan apa.
Dari
penggalan cerita singkat diatas apakah masih pantas kita bilang sabar ada
batasnya?. Bagi gw sabar itu tak terbatas. Sabar itu unlimited.
No comments:
Post a Comment