Labels

Thursday, July 26, 2012

Sabar itu (tak) ada batasnya

this is my blog! i can write everytin' bout my feel...


Kita sering mendengar orang bicara bahwa sabar ada batasnya. Kalau seandainya saja kita lebih cermat dan lebih cerdas dalam memaknainya maka akan terucap di dalam benak kita bahwa sabar itu unlimited alias tidak terbatas. Mengapa demikian? Berikut akan dijelaskan secara ringkas.
Ada seorang tetangga gw, satu keluarga si sebenernya. Bisa dibilang kalau kata alm K.H. Zainudin MZ berada di bawah garis kemiskinan. Sejak kecil gw tau keluarga itu, yang gw tau bapak mempunyai 4 orang anak 2 perempuan dan 2 laki-laki. Anak pertama perempuan sudah meninggal, gw ga tau apa penyebabnya karena saat itu gw belom lahir. Anak kedua laki-laki, sudah meninggal juga, nah yang ini meninggal karena kecelakaan. Waktu itu walaupun gw masih kecil tapi gw tau lah. Anak ketiga laki-laki, waktu kecil gw sering maen bareng dia, walaupun dia lebih tua dari gw, tapi maennya ya sama gw dan temen-temen gw juga. Alhamdulillah yang ini udeh kawin, sekarang tinggal di kota lain. Anak yang keempat perempuan, anak yang ini kira-kira setahun lebih muda dari gw. Dia adalah anak yang mempunyai keterbelakangan mental. Mereka tinggal disebuah rumah yang sangat sempit tidak lebih dari 4 x 4 m mungkin. Mereka tinggal di daerah kumuh, yah memang daerah gw bisa dibilang kumuh.
Ibu dari keluarga ini adalah seorang ibu yang ulet dan bisa dikatakan tegar. Dia mampu bertahan dengan keadaan ini bertahun-tahun sampai akhirnya dia tak kuasa lagi, lalu mulai digeroti penyakit yaitu strook. Tubuhnya tidak bisa digerakan dengan sempurnya, bahkan dia makan dan maaf buang air di tempat tidurnya sendiri. Lalu siapa yang mengurusnya? Adalah sang kepala keluarga. Gw secara pribadi salut dengan bapak ini. Dengan keadaan yang demikian dia masih bisa tersenyum. Dan yang paling keren dia tetap berusaha untuk tawakal. Dengan kerja serabutan dia mencari nafkah untuk keluarganya, walau dengan segala keterbatasannya dia mampu menghidupi keluarga ini. Alhamdulillah sang ibu sudah mulai membaik, namun bicaranya masih agak sulit didengar, mungkin karena masih ada saraf-saraf yang tidak sepenuhnya membaik.
Dengan semua keterbatasannya, keluarga ini tetap bertahan sampai sekarang. Kalau dipikir dengan akal sehat orang yang memiliki cobaan hidup seperti ini mungkin akan tumbang. Tetapi dia tidak, dia tidak mengeluh. Walaupun kadang gw liat dia termenung sendiri, entah memikirkan apa.
Dari penggalan cerita singkat diatas apakah masih pantas kita bilang sabar ada batasnya?. Bagi gw sabar itu tak terbatas. Sabar itu unlimited.

No comments:

Post a Comment